Teks Negosiasi Tentang Pagelaran Seni
Saat jam istirahat pertama, sekelompok siswa datang
ke ruang seni untuk menemui seseorang yang tidak lain adalah Ibu Ayla, guru
seni di SMK Maju Bersama.
Siswa:
“Assalamu’alaikum!”
Ibu Ayla: “Wa’alaikumussalam!”
Aida: “Permisi Bu. Sebelumnya maaf mengganggu. Kami di sini ingin membicarakan
mengenai program tahunan baru yang telah disusun oleh ekstra seni. Salah
satunya adalah pagelaran seni.”
Ibu Ayla: “Pagelaran seni, sepertinya kegiatan tersebut terkesan bagus. Sepertinya akan
sulit untuk merealisasikannya terutama menganai dana dan tenaga.”
Fani: “Begini bu, program tersebut sudah kami pikirkan secara baik-baik. Ada banyak
hal yang dapat memberikan dampak yang baik bagi siswa dan sekolah ini.”
Ibu Ayla: “Tapi program ini kan belum pernah diadakan di sekolah kita, sehingga akan
sulit meyakinkan kepala sekolah untuk mau menyetujuinya.”
Mila: “Ayolah, Bu! Saya yakin banyak siswa yang akan merespon baik dengan diadakannya
pagelaran seni ini.”
Fani: “Saya sering mendengar beberapa siswa mengeluh karena tidak diadakannya pagelaran
seni, Bu.”
Tania: “Ada banyak pengaruh baik nantinya seperti siswa dapat mengembangkan bakat dan
potensinya di bidang seni.”
Ibu Ayla: “Apakah kalian yakin bahwa kegiatan ini bisa membawa dampak positif nantinya.
Ibu agak khawatir jika dengan adanya pagelaran seni ini siswa menjadi tidak
fokus untuk belajar dan malah lebih fokus untuk mempersiapkan pagelaran seni.”
Aida: “Menurut saya, dengan adanya pagelaran ini bisa sebagai penilaian dan tolok
ukur juga mengenai kemampuan siswa dalam bidang seni dan bisa memunculkan
berbagai potensi yang dapat berkembang untuk taraf selanjunya.”
Tania: “Selain itu, mereka juga menginginkan hiburan untuk menghilangkan kepenatan.”
Fani: “Ya betul, apalagi jika pagelaran diselenggarakan setelah ulangan akhir
semester.”
Ibu Ayla: “Pagelaran semacam ini akan butuh banyak persiapan dan orang agar dapat
berjalan dengan lancar. Ibu masih ragu untuk berkata ya kepada kalian. Memangnya
apa saja yang ada pada pagelaran seni yang kalian rencanakan?”
Mila: “Kami berencana untuk mengumpulan segala bidang seni seperti seni musik, seni
tari, seni teater, dan seni rupa. Untuk seni rupa kami adakan seperti pameran.”
Ibu Ayla :
“Mendengar rencana kalian, itu sangat sulit. Pasti biayanya memang tidak
sedikit.”
Tania: “Memang terdengar tidak sedikit, mungkin karena pagelaran seni itu berhibingan
dengan properti yang banyak. Namun kita bisa mengatasinya dengan properti yang
bahannya sudah tersedia saja.”
Ibu Ayla: “Lalu bagaimana dengan seni rupa, itu juga bisa mengeluarkan biaya yang banyak
untuk membeli peralatan dan perlengkapannya?”
Fani: “Untuk hal tersebut, kami tahu solusinya.”
Tania: “Seni rupa seperti seni lukis bisa menggunakan pewarna alami dengan media lukis
yang mudah dicari. Sehingga karya malah menjadi lebih unik.”
Mila:
“Bukankah kami sudah diberi cara untuk membuatnya, Bu. Jadi kami bisa
mengaplikasikan ilmu yang sudah kami dapatkan itu. Dan untuk seni musik, alat
musiknya kan sudah ada, Bu.”
Ibu Ayla: “Tapi untuk membuat karya-karya seperti itu harus membutuhkan waktu persiapan
dan latihan yang cukup lama bukan? Kalian juga harus fokus untuk belajar.”
Fani: “Apabila waktu penyelenggaraan jatuh setelah UAS, masih banyak waktu untuk
mempersiapkannya, bu. Kami juga yakin siswa di sini akan tetap fokus untuk
belajar karena maksud pagelaran seni ini hanya sekadar untuk menampilkan
berbagai macam bakat. Jadi mereka yang punya bakat dan potensi yang besar tidak
akan sulit untuk mempersiapkannya. Sedangkan siswa yang tidak terlalu menonjol
di bidang seni, dapat mendukung siswa lain. Selain itu mereka bisa membuat
yel-yel kelas untuk menyemangati diri mereka dan memeriahkan acara tersebut.
Namun tidak menuntut kemungkinan jika mereka yang kurang menonjol bisa ikut
mencoba menjadi pengisi acara.”
Ibu Ayla: “Lalu bagaimana dana seperti konsumsi?”
Tania: “Menurut saya, anak-anak bisa iuran sebesar Rp10.000,00 untuk snack. Toh
juga nantinya snack itu untuk mereka masing-masing. Dan menurut saya,
hal itu tidak terlalu membebankan.”
Ibu Ayla: “Baiklah, dengan pertimbangan yang cukup mendalam, ibu setuju dengan adanya
pagelaran seni.”
Tania: “Terima kasih bu sudah mau menyetujui rencana
kami.”
Ibu Ayla: “Tapi ibu belum menjamin itu semua, Ibu harus bertanya dulu kepada kepala
sekolah.”
Mila:. “Tidak masalah Bu, yang terpenting Ibu sudah mau menyetujuinya saja kami sudah
sangat senang. Kami yakin kepala sekolah juga pasti setuju dengan acara
tersebut.”
Ibu Ayla: “Insya Allah.”
Aida: “Baiklahlah kalau begitu, saya dan teman-teman . Terima kasih sekali lagi
ya, Bu.”
Ibu Ayla: “Iya”
Siswi: “Assalamu’alaikum.”
Ibu Ayla: “Wa’alaikumussalam.”
Satu minggu kemudian...
Di ruang kepala sekolah
Ibu Ayla :
“Assalamu’alaikum.” (sambil mengetuk pintu dan membukanya)
Ibu Ratna :
“Wa’alaikumussalam.”
Ibu Ratna :
“Oh Ibu Ayla.”
Ibu Ayla :
“Iya, Bu.”
Ibu Ratna :
“Silahkan duduk bu. Ada keperluan apa?”
Ibu Ayla :
“Oh begini Bu Ratna, saya ingin menyampaikan keinginan anak-anak sekolah kita.
Mereka ingin supaya sekolah mengadakan pagelaran seni sebagai program tahunan
baru ekstra seni. Bagaimana menurut Ibu?
Ibu Ratna :
“Wah pagelaran seni, bukankan hal itu belum pernah ada di sekolah kita?”
Ibu Ayla :
“Maka dari itu, Bu. Tahun ini mereka ingin mencoba menyelenggarakannya sebagai
program bersama anak-anak ekstrakurikuler seni.”
Ibu Ratna :
“Tapi acara seperti itu, bukankan akan membutuhkan biaya besar?”
Ibu Ayla :
“Memang iya sih, Bu.”
Ibu Ratna :
“Sekolah kita kan terbilang cukup baru. Sekolah kita belum terlalu mengerti
dengan hal seperti itu.”
Ibu Ayla :
“Maka dari itu bu, mulai dari sekarang kita bisa memulai program-program yang
bagus. Jadi untuk selanjutnya kita sudah punya banyak pengalaman. Acara ini
dapat menjadi ajang untuk menampilkan bakat anak-anak.”
Ibu Ratna :
“Anda memang benar. Sekolah kita butuh banyak pengalaman dan juga bisa membawa
dampak baik. Kapan waktu penyelenggaraannya?”
Ibu Ayla :
“Rencananya setelah ulangan akhir semester dengan alasan setelah itu mereka dapat
lebih fokus terhadap acara tersebut. Untuk sekarang mereka tetap fokus belajar,
namun disela-sela waktu mereka bisa mempersiapkannya.”
Ibu Ratna :
“Baiklah ada hal lain?”
Ibu Ayla :
“Untuk dana yang dibutuhkan tidak terlalu besar karena properti yang mereka
gunakan itu sederhana dan mudah dicari dan untuk tempatnya kita bisa memakai
aula. Jadi kita tidak perlu menyewa panggung dan tenda. Mungkin yang paling
banyak mengeluarkan biaya adalah konsumsi. Untuk konsumsi sendiri, anak-anak
memberi usul kalau tiap anak akan iuran Rp10.000,00. Dengan uang tersebut
mereka bisa mendapatkan snack untuk mereka sendiri. Dan saya rasa itu
tidak terlalu memberatkan.”
Ibu Ratna :
“Baiklah, saya sepakat bahwa sekolah kita akan mengadakan pagelaran seni.”
Ibu Ayla :
“Terima kasih banyak, Bu. Pasti anak-anak akan merasa senang mendengar hal
tersebut. Untuk selanjutnya, kami akan membuat proposal kegiatan dan akan kami
tunjukkan kepada Ibu nantinya.”
Ibu Ratna :
“Iya sama-sama. Karena hal yang baik itu tidak boleh ditolak.”
Ibu Ayla :
“Saya permisi kembali ke ruang guru, Bu.”
Ibu Ratna :
“Iya silahkan.”
Ibu Ayla :
“Assalamu’alaikum.”
Ibu Ratna :
“Wa’alaikumussalam.”
Beberapa hari kemudian....
Pada saat ekstrakurikuler berlangsung, anak-anak
seni berkumpul di ruang seni.
Ibu Ayla :
“Selamat siang!”
Siswi :
“Selamat siang, Bu!”
Ibu Ayla :
“Ibu mengumpulkan kalian berempat semua di sini untuk suatu hal yang penting.”
Ibu Ayla :
“Sebelumya ada yang sudah tahu apa itu?”
Siswi :
“Kami belum tahu, Bu.”
Ibu Ayla :
“Beberapa hari atau minggu kemarin, ada usul bahwa anak-anak ingin mengadakan
pagelaran seni. Dan beberapa hari yang lalu, ibu sudah berbicara kepada kepala
sekolah mengenai hal tersebut. Dan hasilnya, beliau setuju mengenai hal
tersebut.”
Siswi :
“Alhamdulillah.”
Ibu Ayla :
“Namun setelah keputusan ini kalian harus berkomitmen guna terselenggaranya
pagelaran seni ini. Setelah ini ibu minta kalian berdiskusi bersama dan
selanjutnya kalian harus membuat proposal kegiatan.”
Siswi :
“Baik, Bu.”
Ibu Ayla :
“Itu saja yang ingin ibu bicarakan kepada kalian. Semoga acara ini bisa sukses
dan berjalan dengan lancar.”
Siswi :
“Aamiin...”
Ibu Ayla :
“Sekarang kalian bisa kembali lagi untuk kegiatan ekstra.”
Ibu Ayla :
“Wassalamu’alaikum Wr. Wb.”
Siswi :
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.”
Saat diskusi bersama...
Aida :
“Sebelumnya terima kasih kalian sudah mau berkumpul bersama di sini.”
Aida :
“Hari ini kita akan membahas mengenai persiapan pagelaran seni.”
Fani :
“Bagaimana kalau kita membahas panitia terlebih dahulu?”
Mila :
“Iya, hal yang pertama dibahas memang keanggotaan.”
Tania :
“Bagaimana kalau keanggotaan merupakan anggota ekstra seni dengan jumlah yang
paling banyak yaitu seni musik dan karawitan.”
Fani :
“Tapi itu tidak terlalu baik. Semua anak ekstra seni di sini punya hak yang
sama. Bagaimana kalau semua menjadi panitia karena acara seperti itu butuh
tenaga yang banyak.”
Mila :
“Lagi pula pagelaran seni ini kan tidak hanya mengenai seni musik tapi semua
seni. Jadi belum tentu anak seni musik tahu tentang seni rupa atau seni
lainnya.”
Aida :
“Memang ada benarnya. Kebutuhan pagelaran seni kita itu banyak, jadi kita bisa mengajak
semua anggota ekstra seni seni saja untuk menjadi panitia.”
Tania :
“Sebenarnya ada baiknya sih, tapi bukannya jika terlalu banyak panitia akan
sulit untuk mengoordinasikannya?”
Mila :
“Sebenarnya itu bukan masalah yang rumit, jika kita bisa menumbuhkan komitmen
yang tinggi kepada mereka semua, kita pasti bisa. Toh, acara ini kan atas
permintaan anak-anak sendiri.”
Fani :
“Iya sepertinya hal itu bagus. Saya setuju.”
Aida :
“Bagaimana dengan yang lain?”
Mila, Tania: “Kami juga setuju.”
Mila :
“Lalu kapan akan dibentuk susunan kepanitiaan pagelaran seni tersebut?
Fani :
“Kita bisa menyuruh semua anggota ekstra seni untuk berkumpul pada Hari Jumat
sore di aula.”
Aida :
“Itu bisa diatur.”
Tania :
“Jadi hari itu juga akan diadakan pemilihan anggota panitia?”
Mila :
“Iya.”
Aida :
“Selain kepanitiaan, bagaimana dengan proposal kegiatan?”
Mila :
“Bagaimana kalau proposal kegiatan mulai dibuat di Hari Jumat itu juga?”
Fani :
“Iya benar sekali sehingga kepanitian bisa langsung bekerja.”
Tania :
“Tapi jika langsung di hari itu juga, mungkin anak-anak masih bingung untuk
menyusun proposalnya.”
Mila :
“Tapi jika hari itu, aka lebih efisien. Kita bisa sebelumnya mengumumkan pada
anak-anak seni bahwa akan diadakan pemilihan kepanitian pagelaran seni dan awal
penyusunan rencana proposal.”
Aida :
“Baiklah saya sangat setuju. Bagaimana dengan semuanya?”
Fani, Mila :
“Kami setuju.”
Tania :
“Saya juga setuju, jika itu yang terbaik.”
Aida :
“Ya sudah, pembahasan hari ini sudah selesai, kita bisa lanjutkan nanti.”
Tania :
“Iya kita bisa mulai memberitahukan kepada teman ekstra seni lainnya.”
Hari Jumat sore anggota ekstra
seni berkumpul di aula untuk mengadakan pemilihan kepanitiaan. Setelah sepakat,
akhirnya Aida dinobatkan sebagai ketua panitia, Fani sebeagai sekretaris, Mila
sebagai bendahara, dan Tania sebagai koordinator kegiatan serta susunan
kepanitian lainnya. Selanjutnya mereka membuat perencanaan proposal dan konsep
kegiatan. Satu bulan kemudian proposal sudah hampir selesai, tinggal
mengajukannya ke Ibu Ayla dan kepala sekolah.
Hari pengajuan proposal...
Aida :
“Permisi, Bu. Hari ini kami ingin mengajukan proposal yang telah kami buat
sebelumnya. Ibu bisa langsung melihatnya.”
Ibu Ayla :
“Coba sini ibu lihat!”
Aida :
(menyerahkan rencana proposal)
Ibu Ayla :
(membaca satu demi satu lembar proposal dan mengamatnya)
Ibu Ayla :
“Proposalnya sudah cukup baik, kalian tinggal revisi tata cara penulisannya dan
untuk jadwal kegiataannya. Bagaimana konsep acara tersebut?
Tania :
“Untuk seni musik, seni teater, dan seni tari serta berbagai hiburan lainnya
berada di aula. Sedangkan untuk seni rupa, akan diadakan pameran di selasar
yang menuju ke aula. Untuk pengisi acara adalah semua siswa di sekolah kita.
Kepanitiaan kita merupakan anak ekstra seni, tidak terlalu masuk ke acara.
Namun mereka bisa memberikan hiburan-hiburan sedikit.”
Ibu Ayla :
“Namun sebaiknya anggota ekstra seni ada yang tidak ikut sebagai panitia,
sehingga mereka bisa menunjukkan kemahirannya selama mengikuti ekstra seni.”
Tania :
“Bisa saja sih, Bu”
Aida :
“Baiklah kalau begitu.”
Ibu Ayla :
“Untuk jadwal, ibu lihat masih ada jadwal yang terkesan membosankan. Seperti
setelah teater. Akan lebih baik jika dibuat babak. Jadi setelah satu babak
selesai maka bisa disi dengan seni lainnya atau hiburan.”
Fani :
“Tapi teater disini akan sulit dijadikan babak, Bu.”
Ibu Ayla :
“Ya terserah kalian saja, bagaimana baiknya.”
Mila :
“Lalu bagaimana dengan anggarannya, Bu?”
Ibu Ayla :
“Untuk anggaran sudah baik dan tidak terlalu besar.”
Aida :
“Baiklah jika semuanya sudah, kami izin pamit, Bu.”
Ibu Ayla :
“Iya, jika kalian sudah selesai menyusun proposalnya. Maka tinggal megajukannya
ke kepala sekolah.”
Aida :
“Baik bu, kami bisa menyelesaikannya satu minggu ke depan.”
Ibu Ayla :
“Baik akan saya tunggu.”
Aida :
“Terima kasih, Bu. Assalamu’alaikum!”
Ibu Ayla :
“Wa’alaikumussalam!
Setelah satu minggu proposal
selesai dan tinggal diajukan ke kepala sekolah. Kepala sekolah pun
menandatanganinya sebagai bukti persetujuan kegiatan. Mereka sangat senang dan
tinggal mempersiapkan hari dimana pagelaran seni berlangsung.


Comments
Post a Comment